Bingungku dalam hening,
Senyap suara dalam kedap rasa,
Letup amarah tak pekakkan,
Telinga mendesis bunyi tercekik.
Keluarlah hai suara,
Senyap dalam tangis yang sedang mengharu,
Rintang hati tak selasak ombak penghanyut,
Bimbang jiwa tak serisau lebai yang malang.
Kecamuk lagi amuk yang makin terpuruk,
Camuk camuk camuk..
Wahahahaaaaaaa
Aku sudah gila mungkin..
RSJ bukan teman untuk beria,
Perawat itu bukan tempat untuk becerita,
Panti jompo saja?
ah kebanyakan orang-orang yang gagal untuk kaya,
Camuk-camuk camuk..
makin degil kau ya camuk..
Diam terusss tak bersuara..
Takutkah dirimu?
Malukah dirimu denganku?
Atau kau tak suka dengan ku?
Camuk camuk camuk...
Manusia memang pengecut,
Amuk amuk amuk....
Amukkanlahhhhhhhhhhhhhh..
Heiiiiiii manusia,,,
Hilangkan bimbangku...
Dengan suara mu...
Ku harap tak jadi gundah ku..
Camuk.. camuk.. camuk....
Memang kau macam camuk yang makin pengeecut...
Aku risau dengan engkau camuk...
Huuuufffff
210610
Sayang Camok (PArt 1)
Bingungku dalam hening,
Senyap suara dalam kedap rasa,
Letup amarah tak pekakkan,
Telinga mendesis bunyi tercekik.
Keluarlah hai suara,
Senyap dalam tangis yang sedang mengharu,
Rintang hati tak selasak ombak penghanyut,
Bimbang jiwa tak serisau lebai yang malang.
Kecamuk lagi amuk yang makin terpuruk,
Camuk camuk camuk..
Wahahahaaaaaaa
Aku sudah gila mungkin..
RSJ bukan teman untuk beria,
Perawat itu bukan tempat untuk becerita,
Panti jompo saja?
ah kebanyakan orang-orang yang gagal untuk kaya,
Camuk-camuk camuk..
makin degil kau ya camuk..
Diam terusss tak bersuara..
Takutkah dirimu?
Malukah dirimu denganku?
Atau kau tak suka dengan ku?
Camuk camuk camuk...
Manusia memang pengecut,
Amuk amuk amuk....
Amukkanlahhhhhhhhhhhhhh..
Heiiiiiii manusia,,,
Hilangkan bimbangku...
Dengan suara mu...
Ku harap tak jadi gundah ku..
Camuk.. camuk.. camuk....
Memang kau macam camuk yang makin pengeecut...
Aku risau dengan engkau camuk...
Huuuufffff
210610
Sayang Camok (Part 2)
Sungguh dunia membingungkan,
Dalam nantikan terang akan ada gelapnya.
Tenanti-nanti tak kunjung panuhi janji,
Keratkan asa buailah ini lagi.
Camok.. camok.. camok..
Tak dulu sekarang pun jadi..
datang landa dalam curiga...
Datang bintang dalam bimbang..
Datang bulan dalam ketakutan..
Aduh camok..
Sayang camok..
Sangat disayangkan kau camok..
Melekap mengakar dalam hati yang makin hilang..
Tumbuh subur dalam hati yang bimbang.
Nak aku buang, takut kau takkan datang..
Camok.. camok..camok..
Luar biasa dirimu..
Macam ulat dalam labu,
Macam Hang Jebat dalam pelukan dang bahru..
Macam kahlil Gibran tuliskan luka sendu..
220610
Sayang Camok (Part 3)
Berapa Jauh rentang lagi aku meniti,
Berapa putar waktu lagi aku menanti,
Jauh ku tenung, dekat ku jumpa,
Makin riuh dalam camukan gelisah..
Hati yang berkecamuk
sudi berkasih dalam hening,
sudi bermesra dalam bimbang,
Ingin merungkap hati yang gundah,
Ingin menabur kembang dalam angan-angan,
Desir angin kian jadi jawaban..
Kemana arah haluan diri..
kemana angin kan aku kirimkan
kasih tersurat dalam khayalan,
rindukan kembang dipulau seberang..
Camuk nan makin mengenang inang.
Camuk nan makin menyusup hati,
Camuk nan makin kuasakan rasa.
Camuk camuk camuk..
24/06/2010
Sayang camok (Part 4)
Ku rentangkan angin kuasi tubuh ku,
Ku pejamkan mata akhiri tatap bumi,
Renggangkan nafas untuk terakhir,
Rasa bagai tak terimpikan pada lenggang tubuh ini..
Lepas kan camok yang memeluk malam,
terbangkan hilang ikuti embun berlari,
Tak biarkan camok masuk khayalkan yang lena,
Datang mengukir mimpi yang tak sudah..
lempar itu jauh-jauh...
Lempar itu hingga tak memikat lagi..
Jangan tak berdaya kisahi camok..
Jangan takut sayangi camok..
Camok camok camok...
Bagai bunga dalam kelayuan.
Ku layu dalam bahasa mu camok...
25/06/10
Sayang Camok (PArt 5)
Igauan yang tak sudah,
Raga dalam rendam yang terjerat kasih,
Pohon di bina bersarang sengat,
Kian kecik dalam harapan.
Mawar kian berkembang,
Sejambak duri-duri di bawa jua,
Goreskan gores memukul hati,
menyerak pekik dalam tempayan..
Igauan yang tak sudah-sudah,
Isi hati dah meruah,
tetap seda dalam resah,
kasih berubah khayalkan darah..
Takut air mata jadi tutupi,
kisah kian yang menjadi-jadi,
Makin masuk ke dalam mimpi,
Rindu lagi menjadi janji...
Camok jiwe tak sudah-sudah..
260610
Sayang Camok (Part 6)
Lagi Lagi camok melempar aku dalam gelap,
Ucapan tak obati camok dalam jiwa,
Gundah tak obati aku dalam tenang,
Buaian rindu membuat tumbuhkan aku dalam camok kasih.
Tuah yang bimbang kematian,
Jebat yang bimbang Kerinduan,
Aku bimbang kecamokan..
Camok camok camok.. ahkkkkkk.....
Masih saja dendang penyemput senja hantar dalam gelap,
Malam yang selalu di sumpah serapah para penghayal,
Kini jadi sumpah para penyendiri,
Tiada indahnya lagi,
Tiada ayunya lagi..
Tidakkan ada manisnya lagi..
Kembali aku tulis camok yang berakar sepi,
Berbatangkan sunyi,
Berbuahkan buih, riak yang tak jelas dan tak sudah..
Camok belum selesai dalam hidup ku...
260610
Sayang Camok (Part 7)
Di sayangkan camok menerpa bagai musim
Seakan tak mampu musim di gantikkan
Seakan tak mampu dihimpit dengan sunyi pasang
Juga bagai tak mampu kembalikan surutnya..
Tak terdendang lagi lagu sendu,
Irama makin parau dalam lautan kata-kata
Terdengar sumbang mengganggu indra,
Sangat sumbang dan sumbang untuk sebuah lagu impian,
Tiada lain yang teringat,
Hanya rasa yang makin di kenang,
Hanya sayang yang makin di sayangkan.
Hanya waktu yang berpunca pada bayangan duka
Tertekuklah aku dalam buaian rindu..
Jangan lagi mengungkit,
Aku tak ingin bangkit,
Jangan lagi menabur benih pada ku,
Aku tak mau subur dan berbunga layu...
28062010 (0923)
Sayang Camok (Part 8)
Tak tetanti siang akan selimut malam sunyi,
Tak ku dengar suara hadir bagai tenangkan sepi,
Kutip rindu yang bertali mimpi,
Sudah tergulung selimut yang penat tergelentang...
Ku lepas penat mu dalam tidur mu,
Walau sengat camok terus berakar berlalu satu,
Kini bengkakkan diri dalam iba,
Tidurlah wahai gelisah tak berasa..
Tidurlah,
Tidurkan semua dalam peraduan sepi..
Aku kian sepi untuk berkayuh di laut malam
Aku kian letih untuk mengarungi laut gulita,
Sampan gelap tak bermata,
Sampan senyap tak bersuara..
Sampan yang tinggalkan satu nyawa sahaja.
Banyak yang aku lalui dan tak ingin aku singgahi,
Terlalu gamang melabuh diri dalam gelap,
Meraba kian aku tak bisa,
Berjalan kian aku tak kuasa..
Letih aku malam ini menghadang sepi..
Letih aku berbias kan Camok..
280610/2107
Sayang Camok (Part 9) - Syair Resah
Dendangan irama yang kian bersuara,
Lantang masuk membawa ke fatamorgana,
hanyut dalam sendu ujung gelisah,
dalam lamunan panjang yang gundah.
Dan tak sudah-sudah..
Camok aruk bermimpi menangis,
Nafas terengah kedalam tompangan lelah,
Letih dengan irama syair yang kian bisu.
Kian sumbang tak mendayu berlagu,
Tak menyentuh dan terbelenggu.
Mana suara yang terlantang,
Mana suara yang kau sebut indah?
Sudah sembunyi dalam keajaiban,
Terkikis dalam warisan.
akhirnya hilang di telan masa.
Tinggal tugu bisu untuk dipandang,
dan syukur jika dikenang.
01072010
Sayang Camok (Part 10)
Rindu-rindu yang bersulut hangus terbuai.
Sampaikan resah lewat suara yang memecah,
Tiada indahnya lagi dalam suara tanpa sunyi,
Membuat satu jiwa makin terpuruk dalam keranda.
Lewatkanlah,
Samapikanlah,
Pekikkanlah.
Segala risau dan resah yang makin surut bersama air.
Tak pasangkan banjiri tanah yang kering,
yang membuat lembab tiada bermaya..
Legar belegar camok tiada henti...
020710
Sayang Camok (Part 11) >>Senandung Sutra<<
Kain sutra yang kian elok,
Diregang bagai mutiara daratan,
begitu indah silau pandangan mata,
Sangat berharga, sangat disayang, sangat diimpikan..
Tapi sayang,
Aku mungkin silau dengan indahnya,
Aku ragu dengan keelokkannya,
Dikala petang akan hilang indahnya,
Jikala malam akan hilang eloknya..
Kian kau solek, kian aku terpesona,
Kian kau rias, kian aku terkagumkan,
Tapi kian kau terangkat,
Kian camok makin mendekat..
Tak termadahkan lagi bimbang pada mu sutra,
Apakah aku kagumi karna silau,
silau harga mu atau silau keelokkan mu?
06072010
Sayang Camok (Part 12) Pesan
Ketika goresan tak jadi kata
Sebuah kalimat tak jadi cerita
Apa lagi yang bisa kita ungkapkan
Teriakkan saja jadi terbungkam
Aku sampaikan pesan sebagai kabar
Hangus terbakar petir menyambar
Sisa kepingan hitam menjadi abu
Penambat jiwa pelebur rindu
Mati saja bersama tanah
Kaburkan diri taburkan antah
Tuliskan cerita di atas nisan
Biar kutemui jadikan pesan.
Pekanbaru, 31 Januari 2009
Sayang Camok (Part 13)
Ribuan mulut makin berkicau dalam tangisan hina,
alangkah pekaknya bagai lesung beradu suara,
Kikiskan dalam rima yang tak bernada,
Makin menyakitkan camok yang kian tenggelam pada duka.
Yang tertekuk tiada bernyawa,
Yang bangkit makin tiada berdaya,
Yang hitam makin pula hitamnya,
Yang berbau makin pula busuknya,
Yang terjatuh tertimpakan lagi tangganya.
Yang tertekut tiada lagi bernyawa,
Terbaring bisu kian terikat pada hina,
Terpasung lumpuh makin meregang pada nista,
Tak pijakkan biar hilang terkubur masa..
Yang bangkit makin tiada berdaya,
Di tekan takut rimba dunia,
Patahkan suara dengan sumbangnya,
Patahkan semangat dengan iba lalunya.
Yang hitam makin pula hitamnya,
Gelap berkabut tiada rupa,
Si kecil bisu makin menghunus bisunya,
Senja berlanjut malam makin purukkan rasa.
Yang berbau makin pula busuknya,
Tak simpan bangkai dalam pikiran,
Busuk tak terharum oleh kesilapan,
busuk tak lagi tertemu wanginya..
Karena busuk kian ada dimana-mana.
Yang terjatuh tertimpakan lagi tangganya.
Berguling dalam kata perkata.
Makian jiawa ingin hinakan senja,
tuk tak pantekkan masa yang kian seperti neraka..
Apa yang kalian tau tentang cinta?
Bukan rama dan sinta,
Bukan laila majnun,
Bukan Hang jebat dan dang merdu,
Tapi apa yang di pandang, blum tau adanya.
080710
Sayang Camok (Part 14) Jangan Harap
Ada saja yang diharap
Walau memang tak terdekap
Raja-raja itu tak kan memandang
Kita siapa?
Bukan darah sekandang
Bukan garis yang melintang
Bukan punya tangan panjang
Apa lagi yang diharap
Tunggu emas dari atap
Jangan tunggu sampai ditimang
Kita tak mau menentang
Tapi dibelakang api segudang
Jangan nak harap
Tidak ada kuku tuk ditancap
Tak punya pegangan
Jatuhlah terus bergelimpangan
Berharap lagi…
Terima saja nasip diri
Jadi manusia harus mandiri
Walaupun kini tanah kita yang digali
Tak lama lagi kita mati, orangnya pergi..
09 Juli 2010
Sayang Camok (Part 15)
Hampir layu dalam genggaman,
Patah rating yang tiada berbenih,
Tiada kayu nak di tegak,
Pancang terpatah tesempat camok.
Cari lagi api di celah abu,
Malam kian bias warna membiru,
Ada saja khalifah yang kau agungkan,
mengangkat dan jatuhkan aku dalam kegelapan..
Jangan ditanya kemana hati berlagu,
Aku tepikan diri dengan hati,
Tapi....
Ah, sudahlah,
Hati ku saja yang selembut kapas putih,
Diterbang angin jua kan melayang berkelana,
Terkena hujan ku kan basah,
Terkena panas ku kan mengering.
Terkena api ku kan hilang dari jatinya.
12 Juli 2010
Sayang Camok (Part 16)
Sudah lama aku tak bercerita pada angin,
Bagaimana camok kian datang bagai musim tak menentu,
Bagaimana camok bisa tinggal bagai tulang tersampul kulit,
Ya, camok bagai purnama tak tentu dengan rupanya..
Lagi lagi aku bermenung bagai batu menunggu usang,
Menjadi arus kian kikis mimpi tak sudah,
Menjadikannya langit bisu dengan mendungnya awan,
Menjadikannya pulau yang hanyut tak terpancangkan.
Ku ukir tali kasih berbalut rindu bersemai sutra,
Kian kusam dimakan waktu dan tertelan zamannya,
Ada saja camok bersamarkan cinta,
Bernyanyi sayu bak pantai hilang di samudra.
Ya. kalau di kiaskan ianya seperti sampah.
Terhanyut bersama arus, berkering bersama matahari,
Terdampar di pelukan pantai, tertelan di dasar bumi.
Ianya camok yang tak lekang di telan zaman.
15072010